Wednesday, October 15, 2014

ANALISIS INTRUKSIONAL DALAM PELATIHAN



ANALISIS INTRUKSIONAL DALAM PELATIHAN
(Bahan Bacaan Bagi Para Perancang Pelatihan)
Oleh Emma Himayaturohmah



Latar Belakang
Dalam sebuah pelatihan, bahan pelatihan adalah salah satu komponen yang penting. Mereka bukan sekedar sumber belajar, tetapi sekaligus sebagai kajian untuk mencapai tujuan. Dalam proses pembelajaran, bahan tersebut disusun sebagai sebuah materi pelatihan yang harus tampil secara prosedural serta berdasarkan tahapan yang sesuai. Agar materi dapat difahami dengan baik oleh peserta seklaigus menjamin ketercapaian tujuan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. 

Perlu ditekankan di sini adalah bahwa pelatihan adalah juga situasi pendidikan dan pembelajaran. Mempelajari bahan pembelajaran dan menyiapkannya dengan baik, akan menjadi dasar bagi peserta yang merupakan orang yang akan menjadi perancang pelatihan untuk menyelami materi dengan benar sehingga mereka akan menjadi pembelajar yang pada akhirnya akan menjadi pedoman untuk menyusun suatu pelatihan yang berdaya guna dan berhasil guna.
Model Analisis Intruksional
1.    Pengertian Analisis Intruksional
Analisis pembelajaran  merupakan sebuah pedoman yang berisi uraian tentang bagaimana sebaiknya kegiatan pembelajaran dilakoni secara bertahap dan berjenjang. Pentahapan dan penjenjangan tersebut diperlukan sebagai upaya sistematis menggapai efisiensi dan efektifitas program pelatihan. Dick & Carey (1985) menggunakan terminologi instructional analysis sebagai upaya memahami proses internal penyelenggaraan kegiatan pembelajaran secara holistik. Pemahaman ini diyakini turut mempengaruhi optimalisasi pencapaian tujuan, melalui analisis terhadap model-model berikut ini secara terperinci.
2.    Macam-macam Model analisis Intruksional
a.    Model Berbasis-Tujuan (Objective-based model)
Model ini dikembangkan oleh Ralph Tyler (1949) dalam bukunya: “basic principles of curriculum and instruction” untuk tujuan pengembangan kurikulum.  Model ini terdiri atas empat langkah yaitu:
1)     Apa maksud dan tujuan yang akan dicapai (Tujuan),
2)     Bagaimana memilih pengalaman belajar dan materi ajar (Seleksi)
3)     Bagaimana mengorganisasikan pengalaman belajar dan materi ajar (Metode),
4)     Bagaimana mengetahui bahwa tujuan telah tercapai  (Evaluasi).

Orijinal gagasan Taylor itu dikembangkan dalam skema di bawah ini

         Objective               What educational objectives are to be achieved








 


        Selecting                What educational experience can be provided to attain theobjectives
       Learning experience                      








 


        Organising              How can these educational experiences be organized
      Learning Experience


 


           Evaluation           How can we determind that the objectives have been attained


 
         (dikutip dari Taylor, 1949)
Secara konseptual nampaknya Dick & Carey (1985) mendeskripsikan model analisis pembelajaran dengan mengikuti pola pengembangan kurikulum menurut Tyler  (1949). Bedanya adalah setiap langkah  pengembangan versi Taylor, dijadikan model-model analisis pembelajaran versi Dick & Carey (1985).
Untuk lebih mudah dipahami tata urut dan kerkaitan antara langkah satu dengan lainnya maka pengembangan model ini dapat ditransfer dalam bentuk matriks berikut ini.

Analisis Pembelajaran - Model berbasis tujuan
Tujuan
Seleksi Pengalaman Belajar
Menyusun Pengalaman Belajar
Evaluasi
Merancang program  pelatihan PNPM
Review pengalaman yang berkaitan dengan merancang pelatihan, misalnya model analisa yang dipakai dan keberhasilannya, interaksi yang terjadi , dsb
Mengurutkan dan memetakan kembali model analisa dan interaksi yang akan digunakan berdasarkan review pengalaman belajar

Menganalisa kembali apakah pengalaman belajar tersebut, sesuai dan dapat diterapkan dalam merancang pelatihan

Tujuan yang hendak dicapai, dijaring melalui upaya pengkajian kebutuhan. Informasi tentang apa yang dimaksud dengan pengkajian kebutuhan, bagaimana melakukan pengkajian kebutuhan, mengapa pengkajian kebutuhan, dan kapan pengkajian kebutuhan dilaksanakan, dapat disimak pada pembahasan tentang Pengkajian Kebutuhan Pelatihan.   
Dengan menyampaikan tujuan, peserta pelatihan akan memahami apa yang akan dilakukan, mengapa melakukannya, bagaimana, dimana dan bilamana. Dengan begitu para peserta mengetahui bahwa mereka dituntut melaksanakan pekerjaan secara bertanggung jawab (accountable), tidak tertutup atau rahasia (transparent) sebagai upaya penciptaan atau peningkatan peluang keberlanjutan (sustainable). 
b.    Model Berbasis Pengalaman (Experience-Based Model)
Pengalaman belajar atau latar belakang pengalaman dapat membuat belajar lebih bermakna (simak misalnya David Ausubel dengan konsep Advance organizer). Kebermaknaan belajar dirancang dengan menghubungkan apa yang telah dipelajari atau apa yang telah dialami dengan apa yang akan dipelajari (Apersepsi) atau dalam ungkapan Ausubel disebut “Integrative Reconciliation”. Sebaliknya, jika apa yang akan dipelajari tidak dapat dipadukan dengan apa yang sudah diketahui, maka Ausubel menggunakan pendekatan “Progressive Differentiation”.
c.    Ancangan prosedural (procedural approach)
Pendekatan yang berorientasi prosedural ini dipakai sebagai alat memfasilitasi kemampuan pelatih atau peserta memilah materi pelatihan dari yang:
1)     utama (essential) menuju ke materi pelatihan lain sebagai penunjang (supporting). 
2)     sederhana ke yang rumit
3)     Konkrit ke yang abstrak
4)     Verbal ke yang visual
d.    Ancangan berjenjang (hierarchical approach)
Tingkat kemampuan belajar para peserta berbeda satu dan lainnya. Perbedaan  ini  menandakan bahwa setiap peserta belajar dalam kecepatannya sendiri-sendiri. Ada yang cepat memahami tapi ada juga yang tidak. Belajar bersyarat mengakomodasi kepelbagian tersebut dengan memecah-mecahkan satu kompetensi utuh menjadi bagian-bagian kompetensi kecil atau satu keterampilan utuh menjadi bagian kecil supaya penguasaan satu satuan kompetensi atau satu skill bersifat sedikit demi sedikit (akumulatif).
Contoh:
1)     Belajar mengenal abjad (a, b, c, d…..dstnya) secara alfabetis merupakan prasyarat untuk belajar merangkai kata.
2)     Membasahi tubuh dengan air, adalah prasyarat menggosok badan menggunakan sabun
3)     Mengayunkan kaki kanan ke depan merupakan prasyarat baris-berbaris



Flowchart: Alternate Process: Untuk memperkaya khasanah pengetahuan kepustakaan, peserta diharapkan dapat membaca sebagai pembanding tulisan Prof. Dr. Atwi Suparman  bertema: Desain Instruktional (2005)
 



Di samping Dick & Carey (1985), Atwi Suparman (2005), adalah Reigeluth (1983, 1999, 2009) yang secara terus menerus menekankan pentingnya memahami analisis interaksi pembelajaran antara komponen kondisi pembelajaran (instructional condisions), metode pembelajaran (instructional methods) dan  tujuan pembelajaran (instructional outcomes). Secara khusus Reigeluth (1983) menyoroti keterkaitan ke tiga faktor (kondisi, metode dan tujuan) dalam membedakan konsep deskriptif dari konsep preskriptif. 
1)  Tujuan (outcomes) baru dirumuskan  setelah analisis  terhadap kondisi dikaitkan dengan menganalisis metode (deskriptif)
2)  Metode diseleksi setelah analisis tentang kondisi dikaitkan dengan hasil analisis terhadap tujuan (preskriptif).
Gambar di bawah ini menjelaskan penjelasan verbal di atas.



 







                                    


Text Box: INSTRUCTIONAL
OUTCOMES
 



(Dikutip dari: Charles, M. Reigeluth (1983:22).
Instructional Design Theories and Models. An Overview of their current  status. Lawrens, Erl Baum, Hillsdale, NJ, USA)
Cara menganalisis seperti itu akan berdampak terhadap hasil pembelajaran. Cara kedua akan lebih efektif dari cara yang pertama karena desktiptif lebih berorientasi pada hasil (Product) sedangkan yang ke dua lebih terfokus pada proses (Process). Analisis pembelajaran Reigeluth ini, menghendaki pemahaman terhadap faktor-faktor pembelajaran yang terdiri atas:
1)  Kondisi Pembelajaran yang terdiri dari: Tujuan umum, Karakteristik peserta, Karakteristik materi pembelajaran
2)  Metode Pembelajaran yang meliputi: Strategi pengorganisasian, Strategi penyampaian dan Strategi Pengelolaan
3)  Tujuan Pembelajaran  yang meliputi: efisiensi, efektifitas dan menarik.
Cakupan Analisis Intruksional
Dalam mengimplemetasikan program pendidikan dan atau pelatihan konsep analisis instruksional di atas akan berguna apabila dipadukan dengan analisis interaksional yang mencakup:
1.   Interaksi pembelajaran
a.   Libatkan semua peserta dalam sesi “pencairan kebekuan” (ice breaking session) demi mendiskusikan harapan mereka
b.   Demonstrasikan keterampilan atau kegiatan belajar yang akan dilatihkan
c.   Sajikan isi materi pelatihan yang singkat tapi tepat mengenai sasaran (goal, objective, aim)
d.   Rangsang perolehan umpan balik pada setiap langkah penyajian materi pelatihan
e.   Beri kesempatan berlatih bagi setiap peserta
f.    Sesuaikan waktu pelatihan dengan kecepatan berlatih peserta
g.    Luangkan waktu berlangsungnya sesi tanya jawab
2.   Interaksi sumberdaya
Peserta yang berhadapan dengan kekurangan sarana tepat guna setelah mengikuti pelatihan tidak mampu mereplikakan apa yang telah dipelajari. Oleh karena itu:
a.    Adakan daftar sarana/alat bahan sesuai jenis kegiatan pelatihan (resources inventory list)
b.    Masukan bahan/alat dalam rancangan pelatihan
c.    Siapkan waktu/kesempatan untuk memperoleh informasi selanjutnya (follow-up information)
d.    Berikan/siapkan rujukan isi materi pelatihan
e.    Alokasikan waktu pelatihan isi materi yang diajarkan
f.     Tunjuk peserta yang bisa membantu sejawatnya mengaplikasikan materi yang telah dipelajari
g.    Bekali peserta dengan rekaman video untuk aktivitas pembelajaran yang sama atau serupa(pemodelan)
3.   Interaksi penunjang kinerja
a.    Pertemuan tindak lanjut
b.    Pemberian  kesempatan kepada peserta menggunakan  pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari
c.    Penguatan terhadap apa yang telah dikuasai peserta
d.    Pembedayaan peserta mengekplorasi hal-hal baru
4.   Interaksi perancangan program pelatihan
·         Hindari terjadinya ‘overplaning’
·         Rancangan fleksibel perlu diakomodasi
Kesimpulan
Ada beberapa model analisis intruksional yang bisa digunakan oleh para perancang pelatihan dalam menyiapkan bahan sebuah pelatihan. Masing-masing model tersebut memiliki kekurangan dan kelebihannya. Para perancang harus memiliki pemahaman dan keterampilan dalam menentukan model analisis yang mana yang akan digunakan agar pelatihan yang dirancang berjalan sesuai dengan yang direncanaka.
Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan model dan prosedur analisis intruksional. Para perancang harus memperhtikan banyak faktor. Karakteristik peserta, jumlah hari, fasilitator yang akan meyajikan materi, tempat, media dan lainnya. Nah, dari ketersediaan dan kelebihan kekurangan komponen pelatihan itulah analisis intruksional dilakukan. Jika analisis intruksional ini dilakukan dengan benar, maka, output dan outcome peltihan akan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam rancangan pelatihan.
Bahan Bacaan
1.    Tim Penyusun. 2013. Buku Panduan Pelatihan bagi Perancang Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: IGGRD
  1. Charles, M. Reigeluth. 1983. Instructional Design Theories and Models. An Overview of their current  status. Lawrens, Erl Baum, Hillsdale, NJ, USA.
  2. Ralph Tyler. 1949. Basic Principles Of Curriculum And Instruction. Lawrens, Erl Baum, Hillsdale, NJ, USA
  3. Prof. Dr. Atwi Suparman. 2005.  Desain Instruktional.  Jakarta: Gramedia
5.    Agus N Cahyo. 2013. Panduan Aplikasi Teori Belajar Mengajar. Yogyakarta: Diva Press








1 comment:

  1. Did you realize there's a 12 word sentence you can communicate to your man... that will induce intense emotions of love and impulsive attraction to you buried within his heart?

    That's because hidden in these 12 words is a "secret signal" that fuels a man's instinct to love, please and care for you with his entire heart...

    ====> 12 Words That Trigger A Man's Desire Instinct

    This instinct is so built-in to a man's genetics that it will drive him to work harder than ever before to to be the best lover he can be.

    Matter-of-fact, triggering this powerful instinct is absolutely essential to achieving the best possible relationship with your man that as soon as you send your man a "Secret Signal"...

    ...You will immediately find him expose his heart and soul for you in a way he's never experienced before and he'll see you as the one and only woman in the world who has ever truly interested him.

    ReplyDelete